Perkembangan teknologi telah membawa manusia pada era serba digital (cyber), yang mengubah aktivitas di dunia nyata beralih ke dunia maya. Di era serba digital ini, muncul kompetitor-kompetitor baru yang memanfaatkan keberadaan internet. Peradaban ini pada gilirannya berpengaruh pada berbagai sektor bisnis, seperti media, entah itu media daring atau media konvensional.
Perubahan itu sangat dirasakan oleh salah satu penjaja koran asal Salatiga, Muhammad Nursalim. Pria yang sudah berjualan koran selama 14 tahun itu merasakan dampak perubahan peradaban masyarakat, dari yang hanya membaca berita di koran hingga kalah oleh keberadaan gawai. “Dulu belum banyak HP kayak gini, jadi masih laris. Sekarang sepi, kalah sama HP”, ucap Nursalim. Kendati demikian, koran yang ia jual masih ada pembelinya. Para pembeli biasanya berasal dari kalangan supir angkot atau pedagang asongan.
Nursalim mengaku berjualan dari pukul 07.00 hingga pukul 16.00 WIB. Setiap hari, ia hanya menjual tidak sampai 20 eksemplar. Bahkan saat pandemi tidak sampai 10 eksemplar, karena orang enggan memegang barang asing seperti koran. Berbeda dengan sebelum adanya internet, ia dapat menjual sedikitnya 50 eksemplar setiap harinya. Namun di tengah kondisi yang sulit ini, ia tetap bersyukur atas profesi yang dijalaninya.
Nursalim yang sedang menjajakan koran di pinggir jalan.(Teras Pers/Jessica Anindya)
Seorang penjaja koran di depan Apotek Wahid, Salatiga
(Teras Pers/Jessica Anindya)
Ababil Agency, salah satu agen koran tabloid dan majalah terbesar di Salatiga (Teras Pers/Jessica Anindya)
Satu-satunya orang yang sedang membaca koran di Terminal Tingkir, Salatiga (Teras Pers/Jessica Anindya)
Kompas.id, salah satu platform media daring dari Kompas, yang lebih dipilih orang saat ini dibandingkan media cetaknya. (Teras Pers/Jessica Anindya)
Penulis : Jessica Anindya
Editor: Alfonsus Oktavianus Hirlanda’o