Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Atma Jaya Yogyakarta kembali menggelar acara International Conference on Media, Communications, and Sociology atau yang dikenal juga dengan nama ICOMICOS pada 24-25 November 2022 lalu. Bambang Wiratmojo selaku koordinator utama acara mengungkapkan bahwa sebetulnya acara ini digelar 2 tahun sekali karena bergantian dengan COMICOS yang lingkupnya nasional.
ICOMICOS ini seharusnya digelar pada tahun 2020 yang lalu karena sesuai dengan urutan waktu pelaksanaan. Namun, karena situasi dan kondisi terkendala oleh pandemi COVID-19, lantas acara ini pun akhirnya diundur pelaksanaannya hingga tahun ini.
Tujuan awal dilaksanakannya ICOMICOS adalah sebagai salah satu cara untuk mendapatkan artikel yang akan dipublikasikan di Jurnal Ilmu Komunikasi (JIK). Oleh karena adanya konferensi ini, memungkinkan untuk adanya diskusi dan review dengan orang lain, sehingga memudahkan tim JIK dari FISIP UAJY untuk menyeleksi artikel yang bisa diterbitkan pada JIK. “ICOMICOS ini juga bertujuan untuk menangkap isu-isu yang ada terkait media dan komunikasi,” tambah Bambang.
Mahasiswa FISIP UAJY pun dilibatkan dalam acara ini khususnya sebagai panitia. Secara teknis, mereka sudah terlibat sejak masa persiapan dan pelaksanaan selama dua hari tersebut. “Tidak ada perekrutan terbuka bagi mahasiswa yang ingin terlibat sebagai panitia karena keterbatasan waktu,” jelas Bambang. Mahasiswa yang berpotensi besar menjadi panitia ialah yang memiliki kecakapan dalam bahasa Inggris karena lingkupnya internasional.
Mahasiswa yang terlibat menjadi panitia tidak hanya dari kalangan Sarjana Ilmu Komunikasi saja, tetapi juga dari Magister Ilmu Komunikasi (MIK). Namun, keterlibatan mahasiswa tidak hanya sebatas panitia saja, tetapi ada juga mahasiswa S1 yang menjadi presenter dengan mempresentasikan penelitian yang dilakukannya. Salah satunya adalah Genenova Sekar Jemparing (23), mahasiswa FISIP UAJY angkatan tahun 2018.
Jemparing bercerita bahwa dirinya menjadi salah satu presenter berkat saran dari dosen pembimbing skripsinya karena memiliki tema yang sesuai dengan ICOMICOS. “Di sisi lain, saya juga tergerak untuk mengasah dan mengafirmasi diri dalam kemampuan berbicara bahasa Inggris dengan penelitian saya,” ujar Jemparing.
Keresahan dan rasa kecil pun muncul dalam diri Jemparing. Akan tetapi, ia pun merasa puas sekaligus bangga karena bisa berpartisipasi dan berbagi hasil penelitiannya. Terlebih lagi dengan title internasional yang menjadi kepanjangan dari ICOMICOS. Ia takjub karena bisa melihat presenter hingga pembicara lain dalam mengangkat isu yang ada dari kacamata internasional.
Salah satu mahasiswa International Communication Program (ICP) angkatan tahun 2021, yaitu Kadek Pradnyasari, mengatakan bahwa ia mengikuti kegiatan ini sebagai kelas pengganti di salah satu mata kuliahnya. “Hari pertama, aku hadir secara daring, jadi gak begitu jelas. Tapi pas hari kedua, aku datang secara luring sehingga semakin mengerti tentang ICOMICOS.” Ia mengaku bahwa apa yang didapatkan diICOMICOS adalah layaknya konferensi internasional yang membahas terkait bidang komunikasi di era sekarang. Selain itu, tentang bagaimana komunikasi ini diterapkan dalam perkembangan teknologi.
Hal serupa pun disampaikan oleh Christine Natalia Dewi, yang juga merupakan salah satu mahasiswa ICP angkatan tahun 2021. Ia mengaku bahwa tidak tahu tentang kegiatan ICOMICOS ini sebelum mengikuti kegiatannya secara langsung. Akan tetapi saat mengikuti kegiatan tersebut, ia mendapatkan keuntungan dari kegiatan ICOMICOS. “Menurut aku ada banyak keuntungan yang bisa diambil dari ICOMICOS. Salah satu yang aku dapat adalah isu-isu sosial dan ekonomi yang ada di Indonesia.” ungkap Christine.
Terakhir, mahasiswa reguler Ilmu Komunikasi S1, Caroline Inika juga bercerita bahwa dirinya mendapatkan ilmu terkait inovasi-inovasi untuk kesejahteraan selama dan sesudah terjadinya pandemi COVID-19. Ia mendapat ilmu ini pasca mengikuti sesi Prof. Martin Löffelholz, salah satu keynote speakers dari Technische Universität Ilmenau.
Ketiga mahasiswa yang diwawancarai redaksi Teras memiliki harapan agar kegiatan ICOMICOS ini nantinya bisa diadakan secara luring penuh dan terbuka untuk mahasiswa lainnya agar bisa saling bertukar pikiran serta mendapatkan insight baru.
Selaku koordinator utama acara, Bambang mengaku bahwa promosi terkait ICOMICOS untuk kalangan internal FISIP UAJY memanglah minim. Hal ini menjadi koreksi bagi tim panitia. Di sisi lain, untuk kalangan eksternal, promosi ICOMICOS sudah terlaksana cukup baik yakni melalui iklan berbayar di Instagram, Facebook, serta website FISIP UAJY sendiri. Ditambah panitia pun melakukan promosi melalui bentuk cetak yakni pemasangan poster dan banner di area kampus.
Sinergitas tim panitia dengan pihak HMPS Kom, HMPS Sos, dan BEM FISIP UAJY masih cukup minim dalam mempromosikan dan mengenalkan acara ini kepada para mahasiswa FISIP UAJY. “Ya sebetulnya luput oleh kami. Karena untuk media dan publikasi di bawah koordinator salah satu dosen FISIP juga hanya merekrut beberapa mahasiswa saja.” ujar Bambang. Namun, pihaknya mengatakan bahwa panitia pun sadar akan kurang adanya pengoptimalan kolaborasi dengan organisasi kemahasiswaan yang ada di FISIP.
Selain bicara soal keluputan panitia dalam mempromosikan acara ini untuk kalangan internal, Bambang pun bercerita tentang efek dari adanya pandemi COVID-19 terhadap penyelenggaraan acara ini. Salah satu hal yang menyulitkan panitia adalah membuat kategori presentersecara hybrid. Dengan kata lain, ada yang memaparkan secara daring via Zoom, dan ada juga secara luring di kampus 4 FISIP UAJY. “Karena hybrid, maka membuat seseorang memiliki banyak pilihan untuk datang langsung atau cukup bergabung dalam Zoom saja. Hybrid memang menjadi kesulitan tersendiri bagi panitia.” jelas Bambang.
Terdapat dua hal utama yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan. Pertama, urusan konsumsi bagi jumlah peserta yang hadir ke kampus 4 FISIP UAJY. Kedua, urusan gangguan internet yang menjadi langganan yang dimiliki civitas academica UAJY setiap pukul 1 siang. Lantas, panitia memang perlu kerja keras untuk mengantisipasi dua kesulitan besar itu tadi dengan terus meminta kepastian kepada para peserta yang akan datang ke kampus maksimal h-3 sebelum acara. Sementara pada aspek gangguan internet, panitia bahkan menyewa modem agar tidak mengalami masalah ketika internet kampus tiba-tiba terputus.
Bambang mengungkapkan bahwa ICOMICOS ini sudah memiliki brand dan dikenal di Indonesia. Bahkan, ada beberapa pihak yang memuji panitia terkait pelaksanaan acara ini. Dengan begitu, ICOMICOS ini sebaiknya harus berjalan dengan baik entah pada lingkupnya nasional maupun internasional.
Dengan demikian, segala kekurangan yang terjadi berdasarkan pelaksanaan ICOMICOS tahun ini tentu akan menjadi sebuah cara untuk terus memperbaiki sistem pelaksanaan dan menjadi evaluasi dari masukan-masukan yang ada. “Tidak cukup sebatas verbal saja, tetapi laporan evaluasi ini juga dibuat secara tertulis. Tujuannya agar panduan yang jelas terkait catatan-catatan yang perlu senantiasa diperbaiki untuk pelaksanaanya di masa mendatang.” ujar Bambang.
Penulis : Henrikus Harkrismoyo Vianney dan Sri Putri Wahyuningsih
Editor : Ni Putu Frisca Sarastuti Amandari
Desain : Hiacinta Resivenda Putri Aruni