Judul : Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso
Jenis Film : Dokumenter
Sutradara : Rob Sixsmith
Produksi : Beach House Pictures
Tanggal Rilis : 28 September 2023
Durasi : 86 menit

Spoiler Alert : Artikel ini akan membahas alur cerita dari film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso yang mungkin akan menjadi spoiler bagi Anda yang belum menyaksikan filmnya.

Kasus pembunuhan misterius seringkali berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia. Terutama, jika dalang di balik kasus pembunuhan tersebut tidak diketahui secara pasti. Aparat-aparat penyidik seringkali dibuat kewalahan dengan kasus pembunuhan misterius yang tak kunjung menemukan titik terang. Sama halnya dengan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang terjadi pada tanggal 6 Januari 2016 lalu di Kafe Olivier, Mall Grand Indonesia, Jakarta.

Dalam kasus itu, Jessica Kumala Wongso (sahabat Mirna) menjadi tersangka utama dengan tuduhan membunuh Mirna menggunakan kopi sianida. Jessica kemudian dijatuhi hukuman penjara selama 20 tahun, dan saat ini ia telah menjalani hampir setengah dari masa hukuman itu. Lantas, apakah benar Jessica adalah pembunuh Mirna?

KOPI VIETNAM BERUJUNG MAUT

Diketahui bahwa Jessica dan Mirna sahabat sejak masa kuliah. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama, termasuk berwisata ke luar negeri. Pada tanggal 6 Januari 2016, Jessica dan Mirna bertemu untuk makan siang di Kafe Olivier. Jessica memesan dua cangkir kopi Vietnam, satu untuk dirinya dan satu untuk Mirna.

Tak lama berselang, setelah meminum kopi Mirna tiba-tiba merasa sakit pada perutnya dan mengeluarkan kopi yang diminumnya itu dari mulutnya. Kemudian, ia dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia karena keracunan sianida. Polisi kemudian menetapkan Jessica sebagai tersangka karena diduga mencampurkan sianida ke dalam kopi Mirna. Jessica yang merasa tidak melakukan hal itu membantah tuduhan tersebut dan mengaku bahwa dirinya tidak bersalah.

PROSES HUKUM YANG JANGGAL

Film ini mengisahkan tentang kejadian pembunuhan tersebut serta mengulik hal-hal di balik tuduhan terhadap Jessica Wongso sebagai pembunuh Mirna karena dinilai terdapat kejanggalan di dalamnya. Hal tersebut dimulai dari Jessica dilarang untuk melakukan wawancara. Selain itu, kadar sianida yang ditemukan dalam lambung Mirna sangat rendah, yakni 0,2 mg setara dengan kadar sianida dalam satu biji apel. Lantas, bagaimana mungkin sianida yang setara dengan satu biji apel tersebut dianggap mematikan di tubuh Mirna? Tak hanya itu, autopsi pada jenazah Mirna tidak langsung dilakukan sesaat setelah kematiannya, melainkan tiga hari usai waktu kematian ditetapkan.

Hal-hal yang mendasari adanya tuduhan terhadap Jessica sebagai seorang pelaku dalam kasus ini adalah:

  1. Jessica sudah memesan tempat, minuman, dan datang lebih awal.
  2. Adanya goodie bag yang menghalangi kopi dari pantauan CCTV.
  3. Jessica tidak terlihat panik, bahkan saat Jessica diminta temannya untuk searching cara mengatasi keadaan Mirna saat itu, ia hanya menjawab “aku tidak punya kuota”.
  4. Jessica mempunyai beberapa catatan kriminal selama tinggal di Australia.
  5. Jessica seringkali minum obat anti depressant.
  6. Jessica dengan gegabah membuang celana yang ia pakai saat kejadian itu.

Hal-hal tersebut kemudian memberatkan posisi Jessica, namun bukti utama yakni sianida tidak pernah ditemukan ada pada Jessica.

LANTAS, SIAPA PEMBUNUH MIRNA?

Dalam film ini, dikisahkan bahwa pihak Jessica menghadirkan seorang saksi ahli patologi forensik yang berasal dari Australia bernama Belio. Belio mengatakan bahwa Mirna meninggal bukan karena sianida. Namun, pada akhirnya Belio justru dideportasi dan dicekal untuk masuk ke Indonesia selama enam bulan.

Tak hanya itu, salah satu narasumber dari bidang Chemical Toxicologist juga mengatakan bahwa jika benar terbukti ada 7.400 mg sianida dalam kopi vietnam itu, maka seharusnya orang-orang di dalam kafe itu juga akan terkena dampak berupa pingsan dan sesak napas karena diketahui Kafe Olivier adalah tempat tertutup, sehingga sianida dalam bentuk cairan dapat berubah menjadi gas dan dihirup oleh seluruh pengunjung kafe.

Terkadang dalam kasus pembunuhan, pihak-pihak tertentu bukan mencari siapa pembunuh sebenarnya, namun mereka hanya mencari siapa yang dapat dipersalahkan atas kasus tersebut. Hal itu dikarenakan harus ada yang dihukum atas kematian seseorang. Walau faktanya, belum tentu orang yang dijadikan sebagai tersangka itu adalah pembunuh korban yang sesungguhnya. Lantas, siapakah yang sebenarnya harus bertanggung jawab atas kematian Mirna?

FILM PENCIPTA 1001 TEKA-TEKI

Film dokumenter ini menggabungkan sensasi drama ala telenovela, kisah gangster dan mafia, hingga pengungkapan kasus pembunuhan seperti pada cerita Sherlock Holmes yang membuat durasi 1 jam 26 menit menjadi tidak terasa. Padahal, film dokumenter ini hanya menampilkan koleksi-koleksi berita, kesaksian jurnalis, serta hasil wawancara dengan ayah dan orang terdekat Mirna, pengacara Jessica, serta sebagian saksi dan petugas yang ada di pengadilan.

Selain itu, alih-alih bersifat dokumenter film ini juga lebih mengarah pada drama. Hal ini terlihat dari bagaimana alur yang menggiring kisah pada film ini berperan penting atas persepsi penonton. Alih-alih membiarkan penonton untuk menebak alur ceritanya, film ini justru menunjukkan sejumlah kejanggalan yang tidak disadari oleh masyarakat dalam kasus pembunuhan Mirna tujuh tahun yang lalu.

Sisipan trivia hingga footage yang out of topic cukup membuat perjalanan penonton dalam menonton film ini menjadi tidak bosan, namun justru otak penonton menjadi ‘penuh’ dengan berbagai ‘lautan fakta’, yang mana tidak semua orang mengingatnya selama tujuh tahun terakhir. Film dokumenter ini juga dapat berbuah kerusuhan, bahkan mungkin dapat berkembang menjadi hal yang lebih serius. Pro-kontra hingga ‘netizen power’ bisa saja muncul akibat pembahasan dalam film ini.

Terlebih, film dokumenter ini secara tersirat menunjukkan bagaimana sistem peradilan di Indonesia berjalan, yang mana selama ini menjadi sasaran kritik dan keluhan dari rakyat Indonesia. Film ini memancing masyarakat Indonesia untuk lebih kritis dan membuka mata dalam mengawasi segala bentuk keputusan serta tindakan dari para penegak hukum.

Penulis: Irene Nethania S.S.G & Pyar N. Lamanau

Editor: Safina Alaydrus

Desain: Michelle

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *