Judul : The Green Mile
Jenis Film : Drama
Sutradara : Frank Darabont
Produksi : Warner Bros. Pictures
Pemain : Tom Hanks, Michael Clarke Duncan, David Morse
Durasi : 189 menit
Spoiler Alert : Artikel ini akan membahas alur cerita dari film The Green Mile, yang mungkin akan mengganggu bagi Anda yang belum menonton filmnya.
Waktu terus berjalan, setiap manusia hidup di masa depan dengan kisah baik atau buruknya di masa lalu. Perbuatan yang dilakukan di masa lalu akan membawa pengaruh besar bagi hidup di masa sekarang. Banyak yang berharap bahwa masa lalu yang kita lewatkan bisa menjadi sesuatu yang indah di masa depan, namun kenyataan sering berbanding terbalik.
Kisah ini merupakan flashback yang diceritakan oleh seorang sipir penjara di Amerika sekitar tahun 1930 an. Film ini diadaptasi dari novel tahun 1996 karya Stephen King dengan judul yang sama. Paul Edgecomb merupakan tokoh utama dalam film ini. Sebagai seorang kepala sipir penjara, kehidupan Paul tidak hanya berhadapan dengan narapidana saja.
Berbagai macam perilaku narapidana dan tabiat buruk dari para sipirpun pernah ia terima. Kenyataan itu membuatnya sadar bahwa perilaku buruk tidak hanya tercermin dari sosok di balik jeruji. Namun orang yang terlihat baik dan terhormat dengan seragam rapi juga bisa berperilaku lebih buruk dari seorang napi.
Nafas Terakhir di Lantai Hijau
Film ini berfokus pada sebuah blok penjara di Amerika yang bernama Last Mile. Penjara yang menjadi tempat terakhir untuk para terpidana mati sebelum mereka dieksekusi. Namun karena memiliki lantai penjara yang hijau dan bersih, Last Mile memiliki sebutan lain di kalangan para narapidana, yaitu Green Mile. Adegan kekerasan atau penyiksaan seakan-akan sudah lekat dengan kebanyakan film berlatar penjara lainnya. Namun di film ini justru menampilkan sisi lain penjara yang akan membuat hati penonton tersentuh.
Dalam menjalankan tugasnya Paul tidak sendirian. Ia dibantu oleh Brutal, Dane, dan Percy sebagai bawahannya. Mereka bertiga menganggap bahwa di akhir hayat para terpidana mati, mereka juga berhak diperlakukan dengan baik. Mengenai tokoh Percy akan kita simak perilaku menakjubkannya secara terpisah.
Hitam, Besar, Menakutkan
Suatu hari Green Mile kedatangan terpidana mati yang bernama John Coffey atas tuduhan pembunuhan keji kepada dua anak perempuan. Ia merupakan sosok pria yang bertubuh “raksasa” dan berkulit hitam pekat yang membuat para sipir penjara ketakutan. Setelah John Coffey dibawa masuk ke dalam selnya, kita akan terkejut melihat John Coffey yang takut akan kegelapan. Sejak saat Paul mengetahui hal itu, sel tersebut selalu diterangi lampu sepanjang malam.
Perilaku John Coffey yang terlihat ramah dan pendiam tidak seperti beberapa napi lainnya memberikan dugaan kepada Paul dan para sipir bahwa John memiliki penyakit mental. Namun ketika membaca kembali laporan yang diterima tentang kasus John Coffey, Paul menjadi bingung dan curiga.
Sedikit Kisah Privasi Pelengkap Narasi
Suatu hari Paul bertemu Warden yang merupakan teman sekaligus atasannya di penjara tersebut. Mereka berdua menceritakan masalahnya masing–masing. Paul mengidap penyakit saluran kencing yang membuatnya merasakan sakit yang luar biasa ketika ingin buang air kecil dan sudah dideritanya selama bertahun – tahun. Begitu pula dengan Warden yang mengeluhkan penyakit tumor otak istrinya yang semakin parah sehingga membuat kondisi tubuh istrinya kian memburuk. Setelah saling berkeluh kesah, mereka saling memberikan dukungan.
Siapa yang Baik, Siapa yang Jahat
Jika di awal tadi sudah sedikit menyinggung tentang perilaku anak buah Paul yang bernama Percy, kali ini kita akan membahasnya lebih lanjut. Ia merupakan pegawai sipir yang berperilaku kasar kepada setiap narapidana. Seperti saat ia ditunjuk untuk menjadi pemimpin pada proses eksekusi mati salah satu narapidana, ia sengaja tidak membasahi spoon yang merupakan konduktor listrik pada proses hukuman mati dengan media kursi listrik. Agar narapidana tersebut akan menderita semakin lama di kursi itu.
Perilakunya yang begitu jahat dan menjengkelkan seringkali mendapat kecaman baik dari banyak pihak. Namun Paul tidak berani berbuat banyak, karena Percy merupakan keponakan dari istri gubernur yang membuatnya selalu berpikir ulang saat akan memberi tindakan tegas kepadanya.
Suatu hari Green Mile kembali kedatangan seorang terpidana mati atas kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang bernama Wild Bill. Baru saja masuk ke sel, dia sudah membuat keributan. Paul dipukul oleh Wild Bill hingga tak bisa bergerak. John Coffey pun segera memanggilnya dan mengobati Paul dengan partikel-partikel yang ia keluarkan dari mulutnya dan seketika Paul sembuh.
Anugerah Tuhan Di Balik Sosok Menyeramkan
Ternyata partikel – partikel yang dikeluarkan oleh John Coffey ketika selesai menarik Paul adalah sumber penyakit yang selama ini diderita oleh Paul. John Coffey memiliki anugerah dari Tuhan untuk mampu menyembuhkan segala penyakit. Mengetahui hal tersebut Paul dan rekan – rekannya merasa yakin bahwa John Coffey adalah orang baik dan salah satu mukjizat Tuhan.
John Coffey mengetahui bahwa Wild Bill adalah sosok pendosa setelah ia menyentuh tangan Wild Bill dan melihat menggunakan anugerahnya. Rasa penasaran membuat Paul meminta John Coffey untuk menceritakan yang ia lihat. John Coffey memindahkan penglihatannya kepada Paul dengan cara menyentuh tangannya. Di situ Paul melihat bahwa pembunuh dua orang anak perempuan di desa itu bukanlah John Coffey, melainkan Wild Bill yang merupakan seorang Psikopat dan pemerkosa puluhan orang. Ketika itu John Coffey melihat anak – anak tersebut terbaring mengenaskan di rerumputan dan berusaha memeluk agar dapat menyembuhkan dan menghidupkan kedua anak tersebut. Namun upayanya gagal dan justru membuatnya dituduh sebagai pembunuh.
Mendengar hal itu Paul dan kawan – kawan membebaskan John Coffey untuk melarikan diri dan akan menutupi proses pelariannya dari pihak hukum. Mereka akan merasa sangat bersalah ketika harus menghukum mati salah satu mukjizat Tuhan. Namun John Coffey menolak dan mengatakan bahwa ia sudah lelah hidup di dunia bersama orang – orang jahat yang membunuh satu sama lain.
Akhir Kisah Anugerah Tuhan
Tibalah waktu di mana John Coffey harus menerima eksekusi mati. Dengan berat hati dan air mata yang terus mengalir, Paul dan rekannya membawa John Coffey ke tempat eksekusi. John Coffey memegang erat tangan Paul dan berterima kasih atas segala yang telah ia berikan di sisa akhir hidupnya. Saat akan ditutup mukanya sesuai prosedur eksekusi, John Coffey menolak dan memintanya agar tetap membuka wajahnya. Eksekusi pun berjalan dengan lancar dan anugerah Tuhan pun kembali kepadaNya.
John Coffey merupakan eksekusi terakhir dari Paul dan para sipir, karena setelah itu mereka memutuskan untuk berhenti bekerja di Green Mile. Ada hal yang sangat mengejutkan di akhir cerita. John mendapatkan anugerah umur panjang dari John Coffey atas perbuatan baiknya pada saat menjadi kepala sipir di Green Mile. Tentunya hal itu membuatnya tersiksa karena harus melihat orang-orang yang disayanginya pergi satu-per satu.
Perlukah Menonton The Green Mile?
Secara keseluruhan, alur cerita film ini tersusun dengan sangat rapi dan dikemas dengan cerita yang sangat brilian. Hal ini akan membuat kita berekspektasi atau bahkan turut menganalisa perkara yang muncul di sepanjang film. Selain itu, nilai terpenting dari film ini mampu membuat penonton larut dalam suasana sedih dan haru. Meskipun demikian, ada sedikit kelemahan yang ditemukan pada film ini yaitu terletak pada beberapa pemain serta adegan yang jika itu dihilangkan tidak mempengaruhi cerita. Dengan skor IMDb 8,6/10, Frank Darabont kembali unjuk gigi tentang film berbasis penjara setelah menyutradarai The Shawshank Redemption. Penceritaan yang apik dan rapi dengan kekhasan dari sutradara Frank Darabont, The Green Mile sangat direkomendasikan untuk ditonton.
Pesan Moral
Tentunya banyak pesan moral yang disisipkan dengan rapi di film The Green Mile ini. Pesan utama yang ingin disampaikan adalah jangan cepat-cepat menilai seseorang dari tampilannya saja, tapi harus lihat juga sifat aslinya. Bisa saja orang tersebut bertampang seram tapi berhati malaikat, juga sebaliknya.
Penulis : Helmi Yosiyas Lukas & Devina Chan
Editor : Natania Valentine