Yogyakarta, kota yang mendapat julukan “istimewa” ini identik dengan berbagai tempat bersejarahnya. Salah satunya adalah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang menjadi ciri khas Kota Yogyakarta. Bangunan ini selain menjadi kediaman bagi Sri Sultan, juga dijadikan sebagai objek wisata bagi masyarakat lokal maupun asing yang datang ke Yogyakarta.

Sebagai objek wisata, Kraton menyuguhkan berbagai koleksi peninggalan Sri Sultan Hamengku Bowono I – X, mulai dari pakaian hingga barang-barang yang digunakan dalam keseharian. Selain itu, sejarah terbentuknya kota dan kebudayaan Yogyakarta juga disajikan secara lengkap di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Baru-baru ini, pihak Kraton melakukan berbagai macam renovasi, salah satunya pada sebuah bangunan kecil yang terletak di sisi timur pintu masuk Pelataran Kedhaton. Bangunan ini direnovasi dan didesain ulang untuk memajang serta mengenang peninggalan Sri Sultan Hamengku Bowono II. Diresmikannya pembaharuan bangunan ini dibarengi dengan digelarnya Pameran Temporer Adhyatmaka: Sang Adiwira Sri Sultan Hamengku Bowono II.

Pameran ini mulai dibuka pada tanggal 29 Oktober 2020 hingga 31 Januari 2021. Pameran hanya dibuka pada hari Selasa-Minggu pukul 08.00 – 14.00 WIB. Untuk dapat mengunjungi pameran ini, pengunjung hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp. 8.000 saja. Namun, jika ingin meneruskan kunjungan wisata ke Kraton Yogyakarta, harga tiket yang diperlukan sebesar Rp. 15.000.

Pameran bertajuk “Sang Adiwira Sri Sultan Hamengku Bowono II” ini menampilkan beragam informasi terkait Sri Sultan Hamengku Bowono II sejak beliau bertakhta hingga wafat. Secara keseluruhan, pameran ini banyak berisi mengenai berbagai informasi tentang busana yang digunakan oleh beliau. Salah satu contohnya, ada Busana Beksan Sekar Medura , busana tarian yang dipakai oleh Sri Sultan Hamengku Bowono I & II.

Lalu, ada juga Busana Aprajuritan yang dipakai oleh Sri Sultan Hamengku Bowono II ketika dinobatkan menjadi putra mahkota. Kita juga bisa melihat Busana Srimpi yang merupakan busana favorit dari Sri Sultan Hamengku Bowono II yang digunakan untuk tari pusaka.

Selain busana, ada juga informasi lain terkait Sri Sultan Hamengku Bowono II. Dalam pameran ini, ditampilkan Babad Mentawis, kisah pengasingan yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Bowono II kala itu. Kita juga bisa melihat salah satu benda peninggalan Sri Sultan yaitu Wayang Kulit yang biasa disebut Ringgit Krucil. Koleksi yang ditampilkan dalam pameran ini lebih menonjolkan ke Sri Sultan Hamengku Bowono II.

Hal ini selaras dengan pernyataan Nunuk Suryahadiningrum, selaku tour guide dan abdi dalem Kraton. “Secara keseluruhan, pameran ini memang lebih banyak menampilkan informasi mengenai Sri Sultan Hamengku Bowono II,” ujar Nunuk kepada awak teras (14/11/2020)

Area pameran Sang Adiwira ini dibedakan menjadi dua bagian yakni area bebas potret dan tidak boleh potret. “Sebelah barat merupakan area boleh dipotret dan sebelah timur area yang tidak boleh di potret. Alasannya karena area sebelah timur merupakan peninggalan asli dan berharga dari Sri Sultan Hamengku Bowono II, jadi tidak boleh dipotret,” tambah Nunuk.

Respon Pengunjung

Menurut Nunuk, mengingat sekarang sedang dalam masa pandemi sehingga tidak cukup banyak pengunjung yang datang. Namun,masih ada beberapa pengunjung yang hilir mudik mendatangi pameran Adiwira ini secara berkala. “Pameran ini sudah bagus, apalagi mengingat kondisi pandemi, protokol kesehatannya juga diberlakukan dengan baik,” ujar Sr. Rufina SCMM, salah satu pengunjung Pameran Adiwira.

Sementara Anisa, salah satu pengunjung yang juga mahasiswi prodi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, mengatakan bahwa tema yang diusung oleh Kraton menarik. “Tidak hanya mengkaji sejarah tapi juga budaya Yogyakarta. Jadi bisa lebih mengenal sejarah lokal dan juga tradisi,” ujarnya.

Tak hanya sekadar objek wisata, pameran yang diadakan di Kraton juga menjadi wisata edukasi bagi para pengunjungnya. “Harapannya, di tahun selanjutnya diadakan lagi pameran serupa sehingga generasi milenial bisa mengenal sejarah dan budaya lebih banyak, tidak hanya scroll Instagram saja. Apalagi mengingat tiap tahun pasti pelajar dari luar kota Jogja bertambah,” tutup Sr. Rufina SCMM siang itu.

Penulis: Fransisca Diva dan Natania Valentine

Fotografer : Shella Elvina

Editor: Marsha Bremanda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *