Saat kita berbicara mengenai Yogyakarta, mungkin, satu kata yang terbesit adalah “istimewa”. Keistimewaan Yogyakarta tak hanya namanya yang memang khas, yakni ‘Daerah Istimewa Yogyakarta’, tetapi juga karena menjadi satu-satunya provinsi yang masih mempertahankan sistem pemerintahan berbentuk kesultanan.

Sistem pemerintahan tersebut membuat Yogyakarta perlu suatu tempat untuk menjalankan segala bentuk tanggung jawab pemerintahan yang dibangunanya. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, demikian tempat pemerintahan dinamakan. Keindahan ‘Keraton Yogyakarta’ tidak terlepas dari peran para abdi dalem keraton. Abdi dalem adalah mereka yang berperan dalam pelaksana operasional di setiap organisasi yang dibentuk oleh sultan. Abdi dalem jelas penting, karena tanpa mereka pemerintahan tidak dapat berjalan.

Abdi Dalem tidak serta merta hanya bekerja untuk keraton. Menjadi abdi dalem, itu berarti harus juga  menjadi abdi budaya. Abdi budaya harus mampu mencerminkan sikap teladan untuk masyarakat luas. Penggunaan baju berbahan laken, selop hitam, blangkon, keris di pinggang sebelah kanan, kancing tembaga atau kuningan yang disepuh dan harus berjumlah tujuh atau sembilan, menjadi identitas keraton; yang mana perilaku mereka harus berlandas pada unggah-ungguh dan tata krama. Sungguh tidak mudah bagi kebanyakan orang untuk memegang identitas itu, setiap harinya. Namun, abdi dalem melakukannya. 

Selain itu, kesetaraan juga muncul dalam kehidupan abdi dalem. Ada 3 golongan abdi dalem. Pertama, Punakawan. Golongan ini merupakan kalangan umum, yang dipercayakan menjalankan tugas keseharian di dalam keraton. Kedua, Kaprajan. Golongan ini merupakan mereka yang berprofesi sebagai TNI, Polri, PNS yang diterima menjadi abdi dalem keraton. Ketiga, Keparak. Abdi dalem ini mempunyai lingkup paling dekat dengan sultan. Pada bagian ini biasanya didominasi oleh perempuan. Semua itu tidak pernah dibeda-bedakan dalam hal berpakaian. Mereka semua sama menggunakan baju yang dinamakan pranakan. Kesetaraan juga nampak saat kita berbicara mengenai abdi dalem perempuan. Mereka tidak diperkenankan menggunakan perhiasan di tubuh mereka. Hal ini bertujuan untuk meniadakan perbedaan antara yang kaya dan yang miskin.

Tardi Parwoko, seorang abdi dalem yang sudah mengabdi 35 Tahun

“Menjadi abdi dalem yang pasti harus punya rasa mengabdi pada negara. Kalau di Yogya, negaranya keraton”, ujar Tardi Parwoko, salah seorang abdi dalem. Terbukti, sangat jarang abdi dalem yang merasa bosan dan ingin mengajukan pengunduran diri. Bisa jadi, karena mereka yang terpilih menjadi abdi dalem merupakan mereka yang telah lolos magang selama 2 tahun, yang mana dalam proses magang itu ada beberapa aspek yang dilihat,  diantaranya seperti kesungguhan, pendidikan, dan kedisiplinan. Tardi Parwoko juga menegaskan, bahwa mereka yang menjalani proses pemberhentian, biasanya dikarenakan telah usia lanjut, atau faktor kesehatan yang sudah tidak memungkinkan mereka untuk bekerja.

Tardi Parwoko yang sudah menjadi abdi dalem selama 35 tahun mengungkapkan, bahwa ia tidak pernah menyesal menjadi abdi dalem. Walaupun awalnya, beliau mengungkapkan bahwa tidak ingin menjadi abdi dalem; dan memilih menjadi ABRI dan PNS, karena ingin mengabdi pada NKRI. Namun kehendak berkata lain. Beliau menyalurkan sifat patriotismenya dengan menjadi abdi dalem.

Kanca, sebutan oleh seorang abdi dalem kepada teman-temannya. Sebutan itu tidak serta merta hanya diucapkan, melainkan ditanamkan dalam hati, supaya pada praktiknya sungguh mencerminkan sifat kekeluargaan dalam keraton. Seorang abdi dalem harus mampu memandang abdi dalem lainnya sebagai seorang teman, bahkan saudara. Abdi dalem bukan pilihan untuk mencari nafkah, namun tentang panggilan hati. Di tengah dunia yang materialistis, abdi dalem masih mengabdi untuk keraton. Mungkin, ini yang orang sebut “keistimewaan”.    

 Abdi dalem yang sedang merapikan wayang
Jam dinding khas Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Penulis:  Jessica Anindya


Editor : Alfonsus Oktavianus Hirlanda’o

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *